Riwayat Imam Besar Masjidil Haram Abdurrahman As-Sudais
Abdurrahman bin Abdul Aziz as-Sudais an-Najdi (bahasa Arab: عبد الرحمن السديس), dilahirkan di Riyadh, Arab Saudi tahun 1961 (umur 51/52 tahun). Dia adalah imam besar Masjidil Haram Kota Suci Mekkah, Arab Saudi.
Hidup
Hidup
Sudais berasal dari Bani Anza. Ia telah hafal al-Qur’an
pada umur 12 tahun. Tumbuh di Riyadh, Sudais belajar di SD Al-Muthana
bin Harits, dan setelah itu kuliah di Riyadh Scientific Institution dan
lulus tahun 1979 (umur 17–18 tahun) dengan nilai baik. Ia memperoleh
ijazah Syariah dari Universitas Riyadh pada tahun 1983 (umur 21–22 tahun), dan menjadi anggota PPI (Pengetahuan Pokok Islam) sebagai pemberi ceramah atau dosen. Ia mempelajari Islam dari gurunya di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud
pada tahun 1987 (umur 25–26 tahun) dan menerima gelar Ph.D. Ia aktif di
Universitas Syariah Islam Ummul Qura pada tahun 1995 (umur 33–34 tahun)
sebagai asisten profesor setelah aktif di Universitas Riyadh.
Kisah Seorang ibu yang mendoakan anaknya menjadi Imam Besar Masjidil Haram
Seorang bocah mungil sedang asyik
bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan
yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan,
tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu. Ia masuk
ke dalam rumah dan menaburkan debu itu diatas makanan yang tersaji.
Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya,
sontak beliau marah dan berkata: “idzhab ja’alakallahu imaaman
lilharamain,” yang artinya “Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di
Haramain…!”
Dan SubhanAllah, kini anak itu telah
dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram…!! Tahukah kalian, siapa
anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu…?? Beliau
adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada
tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.
Ini adalah teladan bagi para ibu, calon
ibu, ataupun orang tua… hendaklah selalu mendoakan kebaikan untuk
anak-anaknya. Bahkan meskipun ia dalam kondisi yang marah. Karena salah
satu doa yang tak terhalang adalah doa orang tua untuk anak-anaknya.
Sekaligus menjadi peringatan bagi kita agar menjaga lisan dan tidak
mendoakan keburukan bagi anak-anaknya. Meski dalam kondisi marah
sekalipun.
Janganlah kalian mendoakan (keburukan) untuk dirimu sendiri, begitupun untuk anak-anakmu, pembantumu, juga hartamu. Jangan pula mendoakan keburukan yang bisa jadi bertepatan dengan saat dimana Allah mengabulkan doa kalian…(HR. Abu Dawud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar